Senin, 29 Oktober 2018

AMALAN PELUNAS HUTANG

Tidak ada komentar:
          Al Habib Ali bin Husein Al Attas atau lebih dikenal dengan Habib Ali Bungur (ulama masyhur ditanah Betawi) dalam kitab Al Qirthos-nya menyebutkan satu riwayat:

يروي ان من صلي ركعتين قبل طلوع الفجر‘يقراء في كل ركعۃ الفاتحۃ وايۃ الكرسي ثلاث مرات والكافرون مرۃ والاخلاص ۱۱ مرۃ ثم يقول بعد الفراغ : سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم استغفرالله ۱۰۰ مرۃ‘قضي الله دينه ووسع عليه رزقه.

         Barang siapa shalat dua raka'at sebelum terbit Fajar. Dalam setiap raka'atnya ia membaca :

1) Al-Fatihah
2) Ayat Kursi 3x
3) Surat Al-Kafirun 1x
4) Surat Al-Ikhlas 11x

Kemudian setelah shalat ia membaca:

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيمِ أَسْتَغْفِرُ الله

"subhanallah wabihamdihi subhanallahil adhim astagfirullah" 100x

          Maka Allah akan melunasi hutangnya dan melapangkan rizkinya.

Amin ya rabbal'alamin..

Sabtu, 06 Oktober 2018

TULISAN YANG DAPAT JADI RENUNGAN

Tidak ada komentar:
السَّلاَمُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَ بَرَكَاتُهُ

   بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

 


‎كُلُّنَا اَشْخَاصٌ عَادِيٌّ فِى نَظْرِ مَنْ لاَ يَعْرِفُنَا

Kita semua adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yang tidak mengenal kita

‎وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ رَائِعُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَفْهَمُنَا

Kita adalah orang yang menarik di mata orang yang memahami kita

‎وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ مُمَيِّزُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يُحِبُّنَا

Kita istimewa dalam penglihatan orang-orang yang mencintai kita

‎وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ مَغْرُوْرُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَحْسُدُنَا

Kita adalah peribadi yang menjengkelkan bagi orang yang penuh kedengkian

‎وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ سَيِّئُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَحْقِدُ عَلَيْنَا

Kita adalah orang-orang jahat di dalam tatapan orang-orang yang iri hati

‎لِكُلِّ شَخْصٍ نَظْرَتُهُ
‎فَلاَ تَتْعَبْ نَفْسَكَ لِتُحْسِنَ عِنْدَ الآخَرِيْنَ

Pada akhirnya, setiap orang memiliki pandangannya masing masing, maka tak usah berlelah lelah agar tampak baik di mata orang lain

‎يَكْفِيْكَ رِضَا اللّٰهُ عَنْكَ
‎رِضَا النَّاسِ غَايَةٌ لاَ تُدْرَك

Cukuplah dengan redha Allah bagi kita, sungguh mencari redha manusia adalah tujuan yang tidak akan pernah tercapai

‎وَرِضَا اللّٰهُ غَايَةٌ لاَ تُتْرَك
‎فَاتْرُكْ مَا لاَ يُدْرَكْ ، وَاَدْرِكْ مَا لاَ يُتْرَكْ

Sedangkan redha Allah adlh tujuan yang tdk boleh ditinggalkan. maka tinggalkan apa yg tdk bisa dicapai, dan gapailah apa yg tdk boleh ditinggalkan.





BELAS KASIH SANG WALIYULLAH

Tidak ada komentar:
              Suatu ketika Gus Dur (masih menjabat Presiden RI) berkunjung ke Kota Malang. Di tengah perjalanan, tiba-tiba beliau memerintahkan supirnya untuk berhenti.

"Kita beli duren dulu!!" kata Gus Dur.

         Akhirnya rombongan kepresidenan berhenti semua. Setelah membeli beberapa durian, Gus Dur berkata, "Yang di amplop itu berikan ke ibu ini!"

      Sang Ajudan seperti tidak percaya dengan apa yang didengar. Sang Ajudan pun mendekati Gus Dur sambil berbisi, "Pak, uang yang di amplop sepuluh juta."

"Iya kasihkan semua!" kata Gus Dur.

        Akhirnya Sang Ajudan pun memberikan amplop kepada si penjual durian. Subhanallah, seketika si penjual durian yang notabene adalah seorang ibu yang usianya tidak muda lagi langsung bersimpuh di depan Gus Dur.

"Alhamdulillah... Yaa Allah. Matur nuwun Pak Gus Dur. Niki wau anak kulo mboten pareng dibeto wangsul saking rumah sakit, menawi mboten saget mbayar sedoso juta. Anak kulo dirawat wonten rumah sakit ..."

(Alhamdulillah... Yaa Allah, Terima kasih Pak Gus Dur. Baru saja anak saya tidak bisa dibawa pulang dari rumah sakit, jika tidak bisa membayar uang sepuluh juta. Anak saya dirawat di rumah sakit).

7 Pokok Dalam Hidup

Tidak ada komentar:
      

    Dikatakan Oleh Sahal At-Tustari RA yang dikutip Syekh Abdul Wahhab As-Sya’rani berikut ini:

و)احذر أيضا (من أذى الخلق) فإنه من السموم القاتلة... وقال أيضا "أصولنا سبعة: التمسك بكتاب الله تعالى، الاقتداء بسيدنا رسول الله صلى الله عليه وسلم، وأكل الحلال، واجتناب المعاصي، والتوبة، وأداء الحقوق، وكف الأذى وهو على نوعين: أحدهما كف أذى الجوارح الظاهرة. ثانيهما كف القلب عما يخطر فيه من سوء الظن بالناس فإنه من السموم القاتلة ولا يشعر به أحد لا سيما سوء الظن بالأولياء والعلماء وحملة القرآن."


Artinya, “Hati-hatilah (menyakiti makhluk) karena tindakan itu adalah ‘racun mematikan...’ Sahal At-Tustari RA juga berkata, ‘Pokok kami ada tujuh: berpegang pada kitab suci Allah Al-Quran, meneladani Rasulullah SAW, mengonsumsi makanan halal, menjauhi maksiat, bertobat, menunaikan kewajiban, dan menahan diri dari tindakan menyakitkan bagi orang lain. Penahanan diri agar tidak menyakiti orang lain terbagi dua: pertama, menahan anggota badan. Kedua, menahan batin dari buruk sangka (suuzzhan) terhadap orang lain yang melintas di hati. Pasalnya, buruk sangka termasuk racun mematikan, tetapi bahaya ini jarang disadari oleh banyak orang, terlebih lagi buruk sangka terhadap para wali, ulama, dan para penghafal Al-Quran,’” (Lihat Syekh Abdul Wahhab As-Sya‘rani, Syarah Al-Minahus Saniyyah, [Indonesia: Al-Haramain, tanpa catatan tahun], halaman 7).

                Buruk sangka tanpa pembuktian dan tabayun, ghibah, ujaran kebencian, dan fitnah terhadap para kiai dan orang saleh bukan hanya menutup pintu rahmat Allah, tetapi juga membuka lebar pintu murka Allah. Pesan ini berulang kali disampaikan Syekh Ali Wafa kepada Syekh Abdul Wahab As-Sya’rani dalam kutipan berikut ini:

وفي وصية سيدي علي بن وفا رحمه الله تعالى: إياكم أيها المريدون أن تقعوا في حق أحد من أقران شيخكم فإن لحوم الأولياء سم ولو لم يؤاخذوكم، وإياكم ثم إياكم من الاستهانة بغيبة أحد ولو لم تبلغه تلك الغيبة بل خافوا منها أكثر مما تخافون إذا بلغته فإنه وليه الله تعالى. فاعلم ذلك يا أخي.

Artinya, “Dalam wasiat guruku Ali bin Wafa–Allah yarhamuh–, ‘Wahai para murid, waspadalah kamu terhadap hak salah seorang sahabat gurumu karena daging para wali adalah racun sekalipun mereka tidak mengambil tindakan terhadapmu. Waspada dan waspada atas penghinaan berupa ghibah terhadap salah seorang dari mereka sekalipun ghibah itu tidak sampai ke telinga mereka. Tetapi yang seharusnya paling kalian takuti adalah ketika ghibahmu sampai ke telinga mereka karena sungguh pelindung mereka adalah Allah. Sadarilah hal ini wahai saudaraku,” (Lihat Syekh Abdul Wahhab As-Sya‘rani, Syarah Al-Minahus Saniyyah),
 
back to top