Jumat, 18 November 2011

ܓ ♥ღ Perjalanan Kedewasaan Diriku ܓ ♥ღ

Tidak ada komentar:


Bismillaahirrahmaanirrahiim

                  Ketika ombak mengarah ke tepian, aku masih tenggelam dalam kelam

      Ketika mentari hadir menerangi bumi, aku masih terlelap dalam gelap
Ketika senja mulai tiba, baru aku menatap cahaya .

           Telah ku selami sebuah perjalanan panjang menuju Ridhonya, ketika aku bergelut dalam penat mencari jati diri. Hingga usia remaja beranjak pergi menghantarkan ku pada kedewasaan yang telah lama bersembunyi. Tersingkap perlahan sesuai kehendak hati. Bergerak lambat namun mulai pasti bagi yang mengerti dan mengamini hakikat kealamiahannya.

          Dalam awal perjalanan kedewasaan itu, ku telah melewati berjuta warna. Dan warna yang dominan tentunya warna yang telah ku pastikan sebagai warna pilihan. Bagi yang telah mengenal  jati diri yg dewasa, tentunya warna dari situlah yang mempengaruhi pakaian kehidupannya. Semakin lama, semakin berserah. Menapaki jalan kehidupan dengan menumbuhkan berjuta kerinduan yang tak terobati. Mencapai tingkat tertinggi “CINTA“. Dan musafir fakir sepertiku tetap berharap pakian yang sama.


            Menyempurnakan separuh  iman yang telah lama dibina adalah panggilan jiwa yang semakin lama semakin memperkuat perasaan. Terdampar pada rasa takut akan terperosok pada rutinitas konvensional, semakin membuat bangkit semangat segera mengakhiri masa kesendirian. Buah kekhawatiran, buah pemikiran, buah keimanan, maka dimulailah.
Bagiku, sosok solehah adalah harga mati yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Bukan karena kesolehanku yang membuat aku terpaku pada kriteria itu, justru karena kedhoifanku, kefakiranku. Bukankah sosok suami akan diwajibkan menjaga diri dan keluarganya dari siksa api neraka. Berarti betapa berat beban seorang laki-laki yang memutuskan tuk menjadi suami, menjadi imam dalam keluarga.

              Lelaki yang baik adalah untuk perempuan yang baik pula dan begitu sebaliknya. Mudah memang menebak siapa yang kan bersanding dengan kita. Maka alangkah wajar jika pada masa penantian menunggu bulatnya keputusan, kita berusaha memperbaiki diri. Tapi alangkah hinanya kita jika perbaikan hanya didasarkan pada itu. 

          Tetapkan bahwa ikhtiar perbaikan adalah semata-mata kewajiban setiap hamba untuk menggapai ridho-Nya. Hingga mampulah kita untuk melabuhkan ‘CINTA’ dalam iman.

Dan ketika atap tersingkap, menataplah
Sambutlah bidadari yang menghampiri dengan senyuman

Lalu tetaplah tenggelamkan kita pada keabadian penghambaan bersamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top