Sabtu, 05 Agustus 2017

Banyak Bicara bukan berarti Alim & Diam bukan berarti Jahil

Tidak ada komentar:
                 “Lisan orang yang berakal di belakang hatinya. Bila dia ingin berbicara, dia mengembalikan ke hatinya terlebih dulu, jika terdapat (maslahat) baginya, maka dia akan berbicara. Dan bila tidak ada (maslahat), dia tidak (berbicara). Adapun orang yang jahil (bodoh), hatinya berada di ujung lisannya sehingga apa saja yang menyentuh lisannya, dia akan (cepat) berbicara. Seseorang tidak (dianggap) mengetahui agamanya hingga dia mengetahui lisannya.” (Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti berkata dalam kitabnya).
                                             
                   
                    Imam Syafi'i dalam kitab Al-Adzkar, “Apabila seseorang ingin berbicara, hendaklah berpikir dulu..."

                  Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya : “Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga pula. Allah meridhai kalian bila kalian hanya menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya serta berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya dan janganlah kalian berpecah belah. Dan Allah membenci kalian bila kalian suka qila wa qala (berkata tanpa berdasar), banyak bertanya (yang tidak berfaedah) serta menyia-nyiakan harta”.

                    Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan sesuatu yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya, akan membuatnya terjerumus kedalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat. (HR. Bukhari no. 4677 dan Muslim no. 2988)

                Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam (Muttafaq 'alaih, Bukhari no. 6018; Muslim no. 47)

Sampaikan sunnah. jika orang lain mendebatmu, diamlah!

Imam Syafi’i berkata :
            ”Aku mampu berhujah dengan 10 orang yang berilmu, tetapi aku PASTI KALAH dengan seorang yang jahil, karena orang yang jahil itu tidak pernah faham landasan ilmu.”

Imam Syafi’i berkata :
                                                       ﺍﺫﺍ ﻧﻄﻖﺍﻟﺴﻔﻴﻪﻭﺗﺠﻴﺒﻬﻔﺦﺮﻳﻣﻦﺍﺟﺎﺑﺘﻪﺍﻟﺴﻜﻮﺕ
“Apabila orang bodoh mengajak berdebat denganmu, maka sikap yang terbaik adalah diam, tidak menanggapi”

                                                              ﻓﺎﻥﻛﻠﻤﺘﻪﻓﺮﺟﺖﻋﻨﻬﻮﺍﻥﺧﻠﻴﺘﻪﻛﻤﺪﺍ ﻳﻤﻮﺕ
             “Apabila kamu melayani, maka kamu akan susah sendiri. Dan bila kamu berteman dengannya, maka ia akan selalu menyakiti hati”

                                            ﻗﺎﻟﻮﺍ ﺳﻜﺖﻭﻗﺪﺧﻮﺻﻤﺖﻗﻠﺖﻟﻬﻤﺎﻥﺍﻟﺠﻮﺍﺏﻟﺒﺎﺏﺍﻟﺸﺮﻣﻔﺘﺎﺡ
“Apabila ada orang bertanya kepadaku,“jika ditantang oleh musuh, apakah engkau diam ??”
Jawabku kepadanya : “Sesungguhnya untuk menangkal pintu-pintu kejahatan itu ada kuncinya.”

                                       ﻭﺍﻟﺼﻤﺖﻋﻦﺟﺎﻫﻞﺃﻭﺃﺣﻤﻖﺷﺮﻓﻮﻓﻴﻪﺃﻳﻀﺎ ﻟﺼﻮﻥﺍﻟﻌﺮﺽﺍﺻﻠﺎﺡ
“Sikap diam terhadap orang yang bodoh adalah suatu kemulia’an. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan”.

Lalu Imam Syafi’i berkata :
                                                                      ﻭﺍﻟﻜﻠﺐﻳﺨﺴﻰ ﻟﻌﻤﺮﻯﻭﻫﻮﻧﺒﺎﺡ
“Apakah kamu tidak melihat bahwa seekor singa itu ditakuti lantaran ia pendiam ?? Sedangkan seekor anjing dibuat permainan karena ia suka menggonggong ??”

Wallohu a'lam .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top